MAKALAH ORGANIK / TERUMBU KARANG
MATA KULIAH GEOMORFOLOGI
DOSEN PENGAMPU : ANDI BENARDI, S.pd, M.pd.
DISUSUN OLEH :
1.
HANIFA
WAHYU SETYANI (3201417007 )
2.
DEVA
MUZDHALIFAH ( 3201417029 )
3.
VALDINO
KHOSYIK MARSA ( 3201417030 )
4.
MONICA
KHUSNUL AMALYA ( 3201417035 )
JURUSAN
GEOGRAFI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geomorfologi
adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk permukaan bumi sebagai akibat adanya
pengaruh tenaga asal dalam atau endogen dan tenaga asal luar bumi (hujan ,
angin, penyinaran dan pemanasan matahari, benturan benda luar angkasa serta
aliran air atau glester) yang menghasilkan proses-proses geomorfik yang
berakibat terubahnya bentuk-bentuk
permukaan bumi. Objek utama geomorfologi adalah bentuk lahan. Bentuk lahan
adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografi khas, akibat
pengaruh kuat dari proses alam dan
struktur geologis pada meterial batuan , dalam skala ruang dan waktu kronologis
tertentu. Geomorfologi adalah studi yang mendeskripsi bentuklahan dan
proses-proses yang menghasilkan bentuk lahan serta menyelidiki hubungan timbal
balik antara bentuklahan dan proses-proses tersebut dalam susunan keruangan.
Verstappen
(1983) telah mengklasifikasikan
bentuklahan berdasarkan genesisnyamenjadi 10 macam bentuklahan asal proses,
yaitu bentuklahan Vulkanik, structural, fluvial, solusional, denudasional,
eolin, marine, glasial, organik dan antropogenik.
Dalam makalah
ini akan membahas tentang bentuklahan organik. Bentuklahan organik adalah
kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas
organisme (flora dan fauna). Contoh bentuklahan organik adalah terumbu karang.
1.2
Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih terperinci tentang
morfologi, fisiologi, habitat, dan manfaat dari terumbu karang.
1.3 Manfaat
1.
Mahasiswa dapat
mengetahui proses terbentuknya organik/ terumbu karang
2.
Mahasiswa dapat
mengetahui bentuk-bentuk organik/ terumbu karang
3.
Mahasiswa dapat
mengetahui persebaran organik/ terumbu karang baik di Inodonesia maupun dunia
4.
Mahasiswa dapat
mengetahui manfaat dari organik/ terumbu karang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Bentuk
lahan
Menurut Strahler (1983), bentuk lahan adalah
konfigurasi permukaan lahan yang dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut
Whitton (1984) menyatakan bahwa bentuklahan merupakan morfologi dan
karakteristik permukaan lahan sebagai hasil interaksi antara proses fisik dan
gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan
yang mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan
akibat dari proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu
tertentu. Masing-masing bentuklahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal
struktur dan proses geomorfologi, relief/topografi dan material penyusun (Zmit,
2013).
Struktur
geomorfologi memberikan informasi tentang asal-usul (genesa) dari bentuklahan.
Proses geomorfologi dicerminkan oleh tingkat pentorehan atau pengikisan,
sedangkan relief ditentukan oleh perbedaan titik tertinggi dengan titik
terendah dan kemiringan lereng. Relief atau kesan topografi memberikan
informasi tentang konfigurasi permukaan bentuklahan yang ditentukan oleh
keadaan morfometriknya. Litologi memberikan informasi jenis dan karakteristik
batuan serta mineral penyusunnya, yang akan mempengaruhi pembentukan
bentuklahan (Zmit, 2013).
Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang
terbentuk oleh proses alami yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik
fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan
tersebut terdapat. Berdasarkan klasifikasi yang dikemukaan oleh Van Zuidam
(1969) dan Verstappen maka bentuk muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi 8
satuan bentuklahan utama (geomorfologi), yang dapat masing-masing dirinci lagi
berdasarkan skala peta yang digunakan. Adapun satuan bentuk lahan tersebut
adalah sebagai berikut (Zmit, 2013).
b. Bentuk
Lahan Organik
Bentuklahan asal organik adalah bentuklahan ataulandformyangsecara alamiah
terbentuk
dari proses kegiatan makhluk hidup,contohnya adalah bentuklahan terumbu
karang (coral
reefs).Terumbu karang adalah masa endapan kapur
(limestone/CaCO3) dimana endapan kapur
ini terbentuk dari hasil sekresi biota laut pensekresi kapur
(coral/karang).Koral sendiri adalah koloni dari biota laut yang
dinamakanpolyp.Hewan ini dicirikan memiliki bentuk tubuh seperti tabung
denganmulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel.Polyps
hidup optimal di lautan dengan suhu berkisar 20 derajat Celsiusdengan
kedalaman lebih dari 150 kaki atau 45 meter.PolypsSebagian
besar polypsmelakukan simbiosis dengan algazooxanthellae yang hidup di
dalam jaringannya. Dalam simbiosis,zooxanthellae menghasilkan oksigen dan
senyawa organik melaluifotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang,
sedangkan karangmenghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan
karbondioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Kedua organisme lautini
sama-sama menghasilkan atau mensekreasi kapur.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Objek Penulisan
Objek penelitian kali ini adalah
bentuk lahan organik atau terumbu karangEkosistem terumbu karang adalah
salah satu ekosistem subur yang terdapat di laut. Ekosistem ini di bentuk oleh
komunitas karang dan berbagai biota laut yang berasosiasi dengan karang. Dalam
hal evaluasi terhadap terhadap kondisi ekosistem terumbun karang kriteria yang
dikembangkan berupa tutupan.Terumbu karang merupakan rumah bagi ribuan hewan
dan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, berbagai jenis hewan laut
mencari makan dan berlindung di ekosistem tersebut. Pada kondisi yang sangat
maksimal, terumbu karang menyediakan ikan-ikan dan molusca hingga mencapai
jumlah sekitar 10 – 30 ton/km2 per tahunnya (Hanggono, A., Bambang K., Suhud,
Rasjid A., dan Murad S, 2001). Ekosistem ini merupakan sumber plasma nuftah
bagi makhluk hidup baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Selain itu, terumbu karang merupakan laboratorium alam yang sangat unik untuk
berbagai penelitian yang dapat mengungkapkan penemuan yang sangat berguna bagi
kehidupan manusia. Keindahannya dapat menjadi sumber devisa pariwisata bagi
pemerintah setempat, sehingga dapat menambah penghasilan manusia, terutama bagi
masyarakat pesisir.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian
deskriptif
adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting
sosial
atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau
kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan
dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Dalam
penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek
penelitian
dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan
dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal,
menyajikan informasi dasar akan
suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan
subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk
menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
BAB IV
PEMABAHASAN
4.1
Pengertian Terumbu Karang
Terumbu karang adalah
sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang
termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri
dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang
keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi.
Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang
disebut Polip. Dalam
bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk
tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi
oleh Tentakel. Namun pada
kebanyakan Spesies, satu
individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut
koloni.[4] Hewan ini memiliki bentuk unik dan
warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3. Terumbu karang
merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut
lainnya yang belum diketahui.
Terumbu karang secara umum
dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif
membentuk sedimenkalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di
bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur
batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut
singkat dengan terumbu. Bagi
ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan
didominasi oleh komunitas koral.
Dalam peristilahan 'terumbu karang',
"karang" yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordoScleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di
laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan
kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun
dari alga. Secara
fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan
oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar
dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di dasar terumbu.
4.2 Proses Terbentuknya
Terumbu Karang
Proses Terbentuknya Terumbu Karang
Proses
terbentuknya terumbu karang merupakan proses yang lama dan kompleks.
Pembentukan terumbu karang terbagi atas dua kelompok yaitu karang yang
membentuk terumbu (karang hermatipik) dan karang yang tidak dapat
membentuk terumbu (karang ahermatipik)
Menurut para ahli geologi seperti Shepard (1971), Kuenen (1960), Bird
(1976) dan Mater dan Bennet (1984) proses terbentuknya terumbu karang
berbeda – beda tetapi intinya mereka mengemukakan bahwa 75 % dari seluruh
terumbu karang terbentuk pada masa Pleistosen.
Pada masa Pleistosen itu terjadi “tectonic subsidence” (penurunan
lapisan kerak bumi di dasar samudra akibat letusan gunung berapi) dan fluktuasi
paras muka laut akibat terjadinya perubahan massa es mulai zaman Pleistosen
hingga perioda resen yang mengakibatkan variasi pada kedalaman laut di
sepanjang paparan kontinental (continental shelf). Dengan adanya variasi
pada kedalaman laut di sepanjang paparan kontinental inilah yang menyebabkan
tumbuhnya karang secara berkesinambungan.
Kita ketahui bersama bahwa terdapat 3 formasi terumbu karang, yaitu :
- Terumbu karang tepi (Fringing Reef), yaitu terumbu karang yang terdapat di sepanjang pantai dan dalamnya tidak lebih dari 40 meter.
- Terumbu karang penghalang (Barrier Reefs), berada jauh dari pantai yang dipisahkan oleh goba (lagoon) dengan kedalaman 40 – 70 meter.
- Atol (atolls), yang merupakan karang berbentuk melingkar seperti cincin yang muncul dari perairan yang dalam, jauh dari daratan.
|
sumber: asterpita.wordpress.com
|
Pada pembentukannya formasi jenis atol sangat erat dengan Ilmu Geologi dan
menarik untuk dipelajari. Sejarah terbentuknya atol berdasarkan hasil
penelitian berbagai dasar ilmu geologi seperti pengukuran umur (dating)
pada batuan vulkanik, penelitian struktur geologi dengan menggunakan seismik
dan penelitian paleomagnetik untuk mengetahui kemungkinan terjadinya perubahan
kandungan magnetik (polarisasi atau anomali) secara lokal maupun regional
selama terjadinya perekahan lempengan kerak bumi.
Ada teori tentang proses terbentuknya atol, yaitu Teori titik panas (hotspot
theory) adalah sebagai berikut:
1. Terjadi
aktivitas magmatik pada suatu titik panas (hotspot)
2. Titik panas tersebut kemudian tumbuh dan
berkembang menjadi gunung berapi yang
berada di dasar samudra
3. Setelah
gunung berapi dasar samudra itu meletus dan menjadi tidak aktif
(4) Dalam beberapa juta tahun gunung berapi tersebut berubah menjadi
pulau yang kemudian mengalami pergeseran dari posisi semula oleh pergerakan
kerak bumi
(5) Pulau tersebut kemudian ditumbuhi beberapa formasi karang
menjumbai (fringing reefs) yang kemudian berkembang menjadi barrier reefs, atol
dan terakhir menjadi sebuah gunung kecil di laut (guyot). Secara garis besar
perkembangan gunung berapi menjadi atol adalah demikian, dan proses tersebut
akan terulang kembali pada gunung berapi yang terbentuk kemudian.
Jenis-jenis Terumbu Karang
1.
Acropora cervicornis
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora cervicornis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan.
Warna : Coklat muda.
Kemiripan : A. prolifera, A. formosa.
Distribusi : Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman..
Habitat : Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora cervicornis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan.
Warna : Coklat muda.
Kemiripan : A. prolifera, A. formosa.
Distribusi : Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman..
Habitat : Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.
2.
Acropora elegantula
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora elegantula
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni korimbosa seperti semak. Cabang horisontal tipis dan menyebar. Aksial koralitnya jelas.
Warna : Abu-abu dengan warna ujungnya muda.
Kemiripan : A. aculeus, dan A. elseyi.
Distribusi : Perairan Indonesia, Srilanka.
Habitat : Fringing reefs yang dangkal.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora elegantula
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni korimbosa seperti semak. Cabang horisontal tipis dan menyebar. Aksial koralitnya jelas.
Warna : Abu-abu dengan warna ujungnya muda.
Kemiripan : A. aculeus, dan A. elseyi.
Distribusi : Perairan Indonesia, Srilanka.
Habitat : Fringing reefs yang dangkal.
3.
Acropora acuminata
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora acuminata
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran.
Warna : Biru muda atau coklat.
Kemiripan : A. hoeksemai, A abrotanoides.
Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina.Habitat : Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora acuminata
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran.
Warna : Biru muda atau coklat.
Kemiripan : A. hoeksemai, A abrotanoides.
Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina.Habitat : Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh.
4.
Acropora micropthalma
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora micropthalma
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni bisa mencapai 2 meter luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies. Radial koralit kecil, berjumlah banyak dan ukurannya sama.
Warna : Abu-abu muda, kadang coklat muda atau krem.
Kemiripan : A. copiosa, A. Parilis, A. Horrida, A. Vaughani, dan A. exquisita.
Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea.Habitat : Reef slope bagian atas, perairan keruh dan lagun berpasir.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora micropthalma
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni bisa mencapai 2 meter luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies. Radial koralit kecil, berjumlah banyak dan ukurannya sama.
Warna : Abu-abu muda, kadang coklat muda atau krem.
Kemiripan : A. copiosa, A. Parilis, A. Horrida, A. Vaughani, dan A. exquisita.
Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea.Habitat : Reef slope bagian atas, perairan keruh dan lagun berpasir.
5.
Acropora millepora
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora millepora
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang seragam. Aksial koralit terpisah. Radial koralit tersusun rapat.
Warna : Umumnya berwarna hijau, orange, merah muda, dan biru.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A. prostrata, A. aspera dan A. pulchra.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia.Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora millepora
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang seragam. Aksial koralit terpisah. Radial koralit tersusun rapat.
Warna : Umumnya berwarna hijau, orange, merah muda, dan biru.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A. prostrata, A. aspera dan A. pulchra.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia.Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
6.
Acropora rosaria
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora rosaria
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni seperti semak, cabang utama mempunyai cabang sekunder, aksial koralit besar dan berbentuk kubah tetapi tidak panjang. Radial koralit seperti kantung dan semua koralit mempunyai dinding tebal.
Warna : Umumnya berwarna krem, coklat, biru dan merah muda.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. loripes.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora rosaria
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni seperti semak, cabang utama mempunyai cabang sekunder, aksial koralit besar dan berbentuk kubah tetapi tidak panjang. Radial koralit seperti kantung dan semua koralit mempunyai dinding tebal.
Warna : Umumnya berwarna krem, coklat, biru dan merah muda.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. loripes.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.
7.
Acropora latistella
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora latistella
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk korimbosa atau bergumpal. Aksial koralit biasanya terpisah. Radial koralit melingkar. Tentakel biasanya setiap hari bertambah panjang.
Warna : Umumnya berwarna krem, keabu-abuan, coklat, hijau dan kuning.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. subulata, A. valid, A. nana dan A. dendrum.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora latistella
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk korimbosa atau bergumpal. Aksial koralit biasanya terpisah. Radial koralit melingkar. Tentakel biasanya setiap hari bertambah panjang.
Warna : Umumnya berwarna krem, keabu-abuan, coklat, hijau dan kuning.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. subulata, A. valid, A. nana dan A. dendrum.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.
8.
Acropora digitifera
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora digitifera
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk digitata, umumnya permukaannya rata dengan ukuran bisa mencapai lebih dari 1 meter. Percabangannya kecil, berbentuk bulat atau pita. Aksial koralit kecil. Radial koralit berbentuk bulat, memiliki ukuran yang sama, pinggir koloni berwarna terang.
Warna : Jingga, krem atau kuning, sering berwarna biru muda. Umumnya memiliki warna krem atau kuning pada ujung koloni.
Kemiripan : A. japonica, A. humilis, A. gemmifera.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Australia, Mikronesia, Jepang, Zanzibar, Tanzania.Habitat : Di daerah yang bergelombang dan perairan dangkal.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora digitifera
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk digitata, umumnya permukaannya rata dengan ukuran bisa mencapai lebih dari 1 meter. Percabangannya kecil, berbentuk bulat atau pita. Aksial koralit kecil. Radial koralit berbentuk bulat, memiliki ukuran yang sama, pinggir koloni berwarna terang.
Warna : Jingga, krem atau kuning, sering berwarna biru muda. Umumnya memiliki warna krem atau kuning pada ujung koloni.
Kemiripan : A. japonica, A. humilis, A. gemmifera.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Australia, Mikronesia, Jepang, Zanzibar, Tanzania.Habitat : Di daerah yang bergelombang dan perairan dangkal.
9.
Acropora humillis
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora humillis
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 1 – 7 meter.
Ciri-ciri : Umumnya memiliki korimbosa, percabangan tebal dan memiliki koralit aksial yang besar serta mempunyai radial koralit dengan dua ukuran.
Warna : Umumnya memiliki warna yang beragam, namun yang paling utama adalah warna krem, coklat, atau biru.
Kemiripan : Karang ini tidak memiliki kemiripan dengan A. gemmifera dan A. monticulosa.
Distribusi : Tersebar di perairan Indonesia, Laut Merah hingga Amerika Tengah dan sekitar Australia.
Habitat : Umumnya dijumpai di daerah reef slope dan reef flat.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora humillis
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 1 – 7 meter.
Ciri-ciri : Umumnya memiliki korimbosa, percabangan tebal dan memiliki koralit aksial yang besar serta mempunyai radial koralit dengan dua ukuran.
Warna : Umumnya memiliki warna yang beragam, namun yang paling utama adalah warna krem, coklat, atau biru.
Kemiripan : Karang ini tidak memiliki kemiripan dengan A. gemmifera dan A. monticulosa.
Distribusi : Tersebar di perairan Indonesia, Laut Merah hingga Amerika Tengah dan sekitar Australia.
Habitat : Umumnya dijumpai di daerah reef slope dan reef flat.
10. Acropora
hyacinthus
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora hyacinthus
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koralit terlihat seperti piringan. Cabangnya tipis. Radial koralit berbentuk mangkok.
Warna : Umumnya berwarna krem, coklat, keabu-abuan, hijau, biru dan merah muda.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. cytherea, A. Spicifera dan A. Tanegashimensis.
Distribusi : Tersebar dari perairan Indonesia, dan Australia.Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora hyacinthus
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koralit terlihat seperti piringan. Cabangnya tipis. Radial koralit berbentuk mangkok.
Warna : Umumnya berwarna krem, coklat, keabu-abuan, hijau, biru dan merah muda.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. cytherea, A. Spicifera dan A. Tanegashimensis.
Distribusi : Tersebar dari perairan Indonesia, dan Australia.Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
11. Acropora
gemmifera
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora gemmifera
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloninya berbentuk digitata, percabangan tebal, aksial koralit berukuran kecil, Radial koralit memiliki 2 ukuran biasanya berbaris.
Warna : Jingga, biru, krem atau coklat. Ujung cabang berwarna biru atau putih.
Kemiripan : A. humilis, A. Monticulosa.
Distribusi : Perairan Indonesia, Australia, Philipina, Madagaskar. Habitat : Hidup pada daerah perairan dangkal dan tahan terhadap kekeringan (daerah pasang surut).
Genus : Acropora
Spesies : Acropora gemmifera
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloninya berbentuk digitata, percabangan tebal, aksial koralit berukuran kecil, Radial koralit memiliki 2 ukuran biasanya berbaris.
Warna : Jingga, biru, krem atau coklat. Ujung cabang berwarna biru atau putih.
Kemiripan : A. humilis, A. Monticulosa.
Distribusi : Perairan Indonesia, Australia, Philipina, Madagaskar. Habitat : Hidup pada daerah perairan dangkal dan tahan terhadap kekeringan (daerah pasang surut).
12. Acropora
palifera
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora palifera
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni sepeti piringan berkerak dengan punggung tebal berkolom dan bercabang, cabang biasanya tegak tetapi secara umum bentuknya horizontal tergantung dari pengaruh gelombang, tidak ada aksial koralit, koralit lembut.
Warna : Umumnya berwarna krem dan coklat.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. cuneata dan A. elizabethensis.
Distribusi : Tersebar di Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Solomon dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora palifera
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni sepeti piringan berkerak dengan punggung tebal berkolom dan bercabang, cabang biasanya tegak tetapi secara umum bentuknya horizontal tergantung dari pengaruh gelombang, tidak ada aksial koralit, koralit lembut.
Warna : Umumnya berwarna krem dan coklat.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. cuneata dan A. elizabethensis.
Distribusi : Tersebar di Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Solomon dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
13. Acropora
desalwii
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora desalwii
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk korimbosa dangan percabangan yang padat. Percabangan pada koloni primer umumnya horisontal dan berbeda dengan koloni lainnya. Percabangannya memiliki lebih dari satu aksial koralit. Aksial koralit panjang, berbentuk tabung dan menghadap keatas. Pada daerah berarus aksial koralit berbentuk seperti radial koralit.
Warna : Umumnya berwarna coklat muda, biru, hijau dan memiliki warna yang berbeda pada bagian ujung/pinggir koloni.
Kemiripan : A. parapharaonis, A. Plana, A. willisae.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea, Solomon.
Habitat : Daerah perairan dangkal yang terlindung.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora desalwii
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk korimbosa dangan percabangan yang padat. Percabangan pada koloni primer umumnya horisontal dan berbeda dengan koloni lainnya. Percabangannya memiliki lebih dari satu aksial koralit. Aksial koralit panjang, berbentuk tabung dan menghadap keatas. Pada daerah berarus aksial koralit berbentuk seperti radial koralit.
Warna : Umumnya berwarna coklat muda, biru, hijau dan memiliki warna yang berbeda pada bagian ujung/pinggir koloni.
Kemiripan : A. parapharaonis, A. Plana, A. willisae.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea, Solomon.
Habitat : Daerah perairan dangkal yang terlindung.
14. Acropora
grandis
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora grandis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni arborescens. Cabang tebal. Pada perairan dangkal cabangnya pendek, pada perairan yang lebih dalam cabangnya lebih terbuka. Radial koralit ukurannya beragam.
Warna : Coklat tua kemerahan, ujung cabang lebih muda. Warna lain biru, jingga dan hijau.
Kemiripan : A. formosa, dan A. nobilis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Madagaskar, Solomon, Australia, Jepang dan Papua New Guinea.
Habitat : Lereng karang bagian atas dan lagun.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora grandis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni arborescens. Cabang tebal. Pada perairan dangkal cabangnya pendek, pada perairan yang lebih dalam cabangnya lebih terbuka. Radial koralit ukurannya beragam.
Warna : Coklat tua kemerahan, ujung cabang lebih muda. Warna lain biru, jingga dan hijau.
Kemiripan : A. formosa, dan A. nobilis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Madagaskar, Solomon, Australia, Jepang dan Papua New Guinea.
Habitat : Lereng karang bagian atas dan lagun.
15. Acropora
elseyi
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora elseyi
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni menyerupai pohon cemara Kemiringan cabang beradaptasi dengan lingkungan Aksial dan radial koralit sama, keduanya kecil dengan dikelilingi dinding yang tebal.
Warna : Kuning atau krem dengan warna cabang lebih muda.
Kemiripan : A. Carduus dan A. longicyathus.
Distribusi : Perairan Indonesia, , Australia, Papua New Guinea dan Philipina.
Habitat : Fringing reefs dan Lereng karang yang dangkal.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora elseyi
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni menyerupai pohon cemara Kemiringan cabang beradaptasi dengan lingkungan Aksial dan radial koralit sama, keduanya kecil dengan dikelilingi dinding yang tebal.
Warna : Kuning atau krem dengan warna cabang lebih muda.
Kemiripan : A. Carduus dan A. longicyathus.
Distribusi : Perairan Indonesia, , Australia, Papua New Guinea dan Philipina.
Habitat : Fringing reefs dan Lereng karang yang dangkal.
16. Acropora
macrostoma
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora macrostoma
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni korimbosa yang berbentuk plat ukuranya bisamencapai 1 meter. Cabang runcing panjangnya sampai 15 milimeter. Aksia koralit berbentuk pipa. Radial koralit ukurannya beragam.
Warna : Abu-abu, merah muda atau biru.
Kemiripan : A. microclados dan A. lamarcki.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina dan Papua New Guinea.
Habitat : Lereng karang bagian atas.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora macrostoma
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni korimbosa yang berbentuk plat ukuranya bisamencapai 1 meter. Cabang runcing panjangnya sampai 15 milimeter. Aksia koralit berbentuk pipa. Radial koralit ukurannya beragam.
Warna : Abu-abu, merah muda atau biru.
Kemiripan : A. microclados dan A. lamarcki.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina dan Papua New Guinea.
Habitat : Lereng karang bagian atas.
17. Acropora
kimbeensis
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora kimbeensis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni seperti semak. Cabangnya runcing dan menghadap ke atas. Aksial koralit kecil. Radial koralit berbentuk pipa.
Warna : Kuning, krem atau biru..
Kemiripan : A. cerealis dan A. parilis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Australia, dan Papua New Guinea.
Habitat : Lagun dan lereng karang bagian atas.
Genus : Acropora
Spesies : Acropora kimbeensis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni seperti semak. Cabangnya runcing dan menghadap ke atas. Aksial koralit kecil. Radial koralit berbentuk pipa.
Warna : Kuning, krem atau biru..
Kemiripan : A. cerealis dan A. parilis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Australia, dan Papua New Guinea.
Habitat : Lagun dan lereng karang bagian atas.
18. Montipora stilosa
Family :
Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora stilosa
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni mengerak atau submasif. Koralit dikelilingi oleh thekal papila. Koeneteum papila kepermukaan sehingga terlihat seperti tulang.
Warna : Coklat berbintik, krem atau coklat kemerahan.
Kemiripan : M. efflorescens dan M. peltiformis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Kep. Pemba, tanzania, Mesir.
Habitat : Karang ini dijumpai hidup di daerah goba dan daerah yang terlindung.
Genus : Montipora
Spesies : Montipora stilosa
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni mengerak atau submasif. Koralit dikelilingi oleh thekal papila. Koeneteum papila kepermukaan sehingga terlihat seperti tulang.
Warna : Coklat berbintik, krem atau coklat kemerahan.
Kemiripan : M. efflorescens dan M. peltiformis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Kep. Pemba, tanzania, Mesir.
Habitat : Karang ini dijumpai hidup di daerah goba dan daerah yang terlindung.
19. Montipora
aquituberculata
Family :
Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora aquituberculata
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni mengerak atau tersusun dari lapisan yang tipis menyerupai corong. Koralit dikelilingi oleh papila thecal. Koenesteum papila tebal.
Warna : Coklat, krem atau jingga.
Kemiripan : M. crassituberculata, M. peltiformis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Kep. Ryukyu-Jepang, Madagaskar, Tanzania, Kep. Solomon dan Australia.
Habitat : Lingkungan perairan karang yang dangkal.
Genus : Montipora
Spesies : Montipora aquituberculata
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni mengerak atau tersusun dari lapisan yang tipis menyerupai corong. Koralit dikelilingi oleh papila thecal. Koenesteum papila tebal.
Warna : Coklat, krem atau jingga.
Kemiripan : M. crassituberculata, M. peltiformis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Kep. Ryukyu-Jepang, Madagaskar, Tanzania, Kep. Solomon dan Australia.
Habitat : Lingkungan perairan karang yang dangkal.
20. Montipora
digitata
Family :
Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora digitata
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloninya digitata atau arborescent dengan cabang menghadap keatas. Koralit kecil, terutama yang hidup di perairan dangkal. Koenesteum halus.
Warna : Krem muda atau coklat, kadang berwarna merah muda atau biru
Kemiripan : M. samarensis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Jepang, Madagaskar, Solomon, Tanzania dan Australia.
Habitat : Lingkungan karang yang dangkal
Genus : Montipora
Spesies : Montipora digitata
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloninya digitata atau arborescent dengan cabang menghadap keatas. Koralit kecil, terutama yang hidup di perairan dangkal. Koenesteum halus.
Warna : Krem muda atau coklat, kadang berwarna merah muda atau biru
Kemiripan : M. samarensis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Jepang, Madagaskar, Solomon, Tanzania dan Australia.
Habitat : Lingkungan karang yang dangkal
21. Montipora
danae
Family :
Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora danae
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk plat yang menyerupai kubah. Koralit kecil.
Warna : Coklat muda. Polip berwarna terang.
Kemiripan : M. verrucosa, M. verruculosus, dan M. palawanensis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Kep. Ryukyu-Jepang, Madagaskar, Tanzania, Solomon dan Australia.
Habitat : Lereng karang bagian atas dan lagun.
Genus : Montipora
Spesies : Montipora danae
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk plat yang menyerupai kubah. Koralit kecil.
Warna : Coklat muda. Polip berwarna terang.
Kemiripan : M. verrucosa, M. verruculosus, dan M. palawanensis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Kep. Ryukyu-Jepang, Madagaskar, Tanzania, Solomon dan Australia.
Habitat : Lereng karang bagian atas dan lagun.
22. Montipora
tuberculosa
Family :
Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora tuberculosa
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni submasif atau berlapis. Koralit kecil. Koralit dipisahkan oleh papila.
Warna : Coklat, hijau, biru terang.
Kemiripan : M. monasteriata.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Jepang, Tanzania, Madagaskar, Mesir dan Australia.Habitat : Dapat ditemui hampir di semua lingkungan perairan karang.
Genus : Montipora
Spesies : Montipora tuberculosa
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni submasif atau berlapis. Koralit kecil. Koralit dipisahkan oleh papila.
Warna : Coklat, hijau, biru terang.
Kemiripan : M. monasteriata.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Jepang, Tanzania, Madagaskar, Mesir dan Australia.Habitat : Dapat ditemui hampir di semua lingkungan perairan karang.
LOKASI PERSEBARAN TERUMBUKARANG DI
SELURUH INDONESIA
Indonesia adalah Negara Kepulauan yang
kurang lebih mempunyai sekitar 13.000 pulau (menurut verifikasi terakhir KKP)
yang tersebar dari pulau terluar Indonesia di sebelah barat (Pulau Rondo)
sampai pulau terluar di sebelah timur (Pulau Liki).
Indonesia merupakan salah satu Coral Triangle, pusat keanekaragaman hayati laut, dan mengandung sekitar 20% dari terumbu karang dunia. Tidak mengejutkan bahwa Indonesia menawarkan keindahan bawah laut paling beragam di dunia dan menjadi tujuan terbaik untuk melakukan olahraga DIVING.
Lebih dari 3.000 spesies ikan dan 600 spesies karang, dinding yang curam, gua bawah laut, gunung berapi bawah laut, bangkai kapal, dan berbagai jenis kehidupan makro.
Ada banyak tempat untuk melakukan diving yang tersebar di seluruh Indonesia dan seluruh pulau-pulau besar di Indonesia mempunyai site yang bermacam-macam karakteristiknya. Ini membuat kita banyak pilihan untuk menyelam. Bila kita ingin mencari tantangan untuk melakukan diving di gua bawah laut, bisa melakukan Cave Dive. Bila kita ingin menelusuri bangkai kapal dan melihat barang yang telah tersimpan di bangkai kapal tersebut selama bertahun-tahun, bisa melakukan Wreck Dive. Dan banyak lagi jenis diving yang bisa kita lakukan.
Di bawah ini adalah peta penyebaran lokasi diving di seluruh Indonesia
Indonesia merupakan salah satu Coral Triangle, pusat keanekaragaman hayati laut, dan mengandung sekitar 20% dari terumbu karang dunia. Tidak mengejutkan bahwa Indonesia menawarkan keindahan bawah laut paling beragam di dunia dan menjadi tujuan terbaik untuk melakukan olahraga DIVING.
Lebih dari 3.000 spesies ikan dan 600 spesies karang, dinding yang curam, gua bawah laut, gunung berapi bawah laut, bangkai kapal, dan berbagai jenis kehidupan makro.
Ada banyak tempat untuk melakukan diving yang tersebar di seluruh Indonesia dan seluruh pulau-pulau besar di Indonesia mempunyai site yang bermacam-macam karakteristiknya. Ini membuat kita banyak pilihan untuk menyelam. Bila kita ingin mencari tantangan untuk melakukan diving di gua bawah laut, bisa melakukan Cave Dive. Bila kita ingin menelusuri bangkai kapal dan melihat barang yang telah tersimpan di bangkai kapal tersebut selama bertahun-tahun, bisa melakukan Wreck Dive. Dan banyak lagi jenis diving yang bisa kita lakukan.
Di bawah ini adalah peta penyebaran lokasi diving di seluruh Indonesia
Tipe-tipe
terumbu karang
Berdasarkan bentuk dan hubungan
perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga
klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang masih secara luas
dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah:
1. Terumbu karang tepi
(fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau
karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar.
Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan
ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini
berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian
endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam,
pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi),
P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2. Terumbu karang penghalang (barrier
reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak
yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan
dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon
(kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.
Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan
membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef
(Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin
yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak
terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin
merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman
rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan
Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)
Tipe-tipe terumbu karang, yaitu terumbu
karang tepi (kiri), terumbu karang penghalang (tengah), dan terumbu karang
cincin (kanan).
Namun demikian, tidak semua terumbu
karang yang ada di Indonesia bisa digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga
tipe di atas. Dengan demikian, ada satu tipe terumbu karang lagi yaitu:
4. Terumbu karang
datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs),
terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini
tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis,
membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara
horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan
Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
MANFAAT TERUMBU KARANG
Terumbu karang adalah batuan
sedimen kapur yang
terbentuk dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh biota laut penghasil
kalsium karbonat yang kemudian tersedimentasikan. Sedimentasi yang terjadi pada
terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga.Didalam dan sekitar
terumbu karang hidup beraneka ragam biota yang umumnya merupakan hewan
avertebrata. Hewan – hewan tersebut adalah seperti crustacea, siput dan
kerang-kerangan, bulu babi, anemon laut, teripang, bintang laut dan leli laut,
ikan – ikan kecil, ular laut, penyu laut, ganggang dan juga alga. Berbagai
manfaat dapat dihasilkan oleh terumbu karang tetapi perlu diatur pengelolaannya
karena terumbu karang merupakan ekosistem laut dangkal yang ada pada iklim
tropis yang paling kompleks dan produktif tetapi juga merupakan ekosistem
yang paling rentan terhadap perubahan lingkungan dan juga daya dukung yang
terbatas.Terumbu karang banyak memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan dan
lingkungan biota yang hidup disekitarnya dan juga bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan manfaat yang diberikan, manfaat terumbu karang dibagi menjadi
3 kategori. Diantaranya adalah :
1.
Manfaat Terumbu Karang secara Ekologi
Manfaat terumbu karang secara ekologi dapat diartikan
sebagai manfaat terumbu karang dalam hal hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Manfaat – manfaat terumbu karang secara ekologi antara
lain:
- Terumbu karang bermanfaat sebagai habitat dan sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk hidup di laut. Disini banyak berbagai jenis makhluk hidup yang tinggal, mencari makan, berlindung, dan berkembang biak.
- Terumbu karang merupakan sumber keanekaragaman hayati yang tinggi. Dengan tingginya keanekaragaman hayati yang ada didalamnya, terumbu karang ini menjadi sumber keanekaragaman genetik dan spesies yang ditemukan memiliki ketahanan hidup yang lebih tinggi.
- Terumbu karang dapat bermanfaat sebagai pelindung bagi ekosistem yang ada disekitarnya, misalnya pada ekosistem fungsi hutan bakau,, dan juga melindungi pantai dan daerah pesisir dari ombak besar. Terumbu karang dapat memperkecil energi ombak yang menuju ke daratan yang dapat menyebabkan abrasi dan kerusakan sekitarnya.
- Terumbu karang dapat mengurangi penyebab pemanasan global yang terjadi dengan adanya proses kimia yang dilakukan oleh terumbu karang dan zooxanthellae. Proses kimia tersebut adalah proses perubahan gas CO2 menjadi zat kapur yang merupakan bahan pembentuk terumbu.
2.
Manfaat Terumbu Karang secara Sosial
Secara sosial terumbu karang dapat
dimanfaatkan sebagai penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian agar
ekosistem didalamnya dan disekitarnya, serta tumbuhan danhewan laut yang ada dalam ekosistem terumbu
karang tersebut dapat lebih dikenal sehingga mudah untuk dipelajari. Hal ini
akan sangat bermanfaat sebagai pengetahuan agar tindakan pengelolaan dan
pelestarian yang dilakukan terumbu karang lebih tepat sehingga kerusakan
terumbu karang dapat diatasi dengan mudah.
Selain itu, ekosistem wilayah
terumbu karang juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi masyarakat, baik
masyarakat lokal maupun masyarakat asing yang ingin melihat keindahaan yang
dihasilkan oleh ekosistem terumbu karang ini.
3.
Terumbu Karang secara Ekonomi
Manfaat terumbu karang secara ekonomi antara lain yaitu terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi. Karena didalamnya hidup berbagai jenis ikan yang dapat ditangkap untuk kebutuhan pangan manusia. Selain itu, terumbu karang juga merupakan sumber obat-obatan. Karena dalam terumbu karang terdapat bahan-bahan kimia yang telah diteliti oleh banyak ahli dapat menghasilkan obat bagi manusia.
- Disamping sebagai sumber perikanan dan sumber obat
- karena keindahaan yang dihasilkan oleh ekosistem terumbu karang, ekosistem ini dapat dijadikan objek wisata yang menarik sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang tinggal disekitarnya.
- Masyarakat sekitarpun dapat memanfaatkan biota yang hidup di terumbu karang, seperti rumput laut, udang, dan ikan untuk dijadikan sumber makanan yang nantinya dapat dijual sehingga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.
- Berbagai jenis ikan, teripang, dan rumput laut yang hidup di terumbu karang juga dapat dimanfaatkan sebagai bibit untuk budidaya.
Komentar
Posting Komentar